Selasa, 28 Juni 2011

ISOLASI


1.   LATAR BELAKANG
   tahun 1983 CDC ( Center for Disease for   control and prevention) dari AS .
  3 sistem kewaspadaan/ isolasi yaitu:
a.      pengelompokan penyakit infeksi berdasarkan cara penularan
b.      pengelompokan penyakit infeksi berdasarkan epidemiologi
c.      pengelompokan penyakit infeksi berdasarkan rute penularan

2. KEWASPADAN UNIVERSAL
a.  cegah transmisi pathogen dari darah
b.  nakes dianjurkan perlindungan diri: baju, sarung tangan,dll
c.  penanganan sampak tajam

3. ISOLASI SUBTANSI TUBUH
a.  tujuan
   melindungi pasien dari transmisi silang      mikroorganisme dari tangan nakes

b.   focus
   Isolasi dari semua cairan dan subtansi        tubuh yang terinfeksi( urine, darah,      feses, sputum, luka,dll)
   penularan melalui udara dan dorplet
c.  pelaksanaan:
·       mencegah terpapar
·       sarung tangan
·       cegah cedera alat tajam
·       benda tajam dibuang secara aman
·       nakes dgn luka terbuka tdk lgs berhub
   dgn pasien

4. KEWASPADAAN STANDAR
·       Mencuci tangan
·       sarung tangan
·       masker
·       gaun
·       linen
·       alat resusitasi
·       penempatan

5. KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN
·       penempatan pasien
·       kewaspadaan terhadap droplet
·       kewaspadaan terhadap kontak langsung

6. KEWASPADAAN UTK INFEKSI & KEADAAN TERTENTU
   Dilakukan setelah diagnosa ditegakan
   daftar terlampir

7. PERTIMBANGAN PERAWATAN DI RUMAH
a.  prosedur  cuci tangan
b.  sarung tangan
c.  percikan
d.  pembungangan limbah
e.  pencucian

Add caption
                              

Senin, 27 Juni 2011

KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT, APA DAN BAGAIMANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT, APA DAN BAGAIMANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ITU

 
By : Ulin Nafiah, SST
AKBID DUTA DHARMA PATI

1.      SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Hegeia, seorang asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah ;
a. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
b. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, seperti mengindari makanan/minuman yang beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan olahraga.
Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, anatara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita dua tokoh di atas, berkembanglah 2 aliran/pendekatan dalam menangani masalah kesehatan.
  1. Kelompok pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif/pengobatan.
Kelompok ini pada umumnya terdiri terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan fisik, mental maupun sosial.
  1. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadi penyakit.
Kedua dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah/institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah terjadi dikotomi antara kelompok kedua profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan/preventif (preventive health care).
Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan :
a. Pendekatan kuratif :
1. Dilakukan terhadap sasaran secara individual.
2. Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, misal dokter menunggu pasien datang di Puskesmas/tempat praktek).
3. Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya.

b. Pendekatan preventif
1.      Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan).
2.      Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang, tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan.
3.      Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadiya penyakit tidak semata karena terganggunya sistem biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.
Memperluas pengetahuan mitos Yunani yang memunculkan dewa – dewa dalam bidang kesehatan, bukan hanya  Asclepius dan Hygiea,  dan masih banyak dewa-dewa yang bahkan sampai saat ini masih banyak digunakan sebgai istilah dalam dunia kesehatan masyarakat dan kedokteran serta farmasi.

2.      PERIODE PERKEMBANGAN MASYARAKAT
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya di mulai pada ilmu pengetahuan saja tetapi sudah di mulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan  (pre-scientific period) dan setelah ilmu pengetahuan berkembang (scientific period).
1.         Periode sebelum ilmu pengetahuan  (pre-scientific period)
Sejak zaman kebudayaan Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma sudah tercatat bahwa manusia telah melakukan upaya untuk menaggulangi masalah – masalah  kesehatan  masyarakat dan penyakit. Pada zaman ini telah di temukan adanya dokumen – dokumen tertulis bahkan peraturan – peraturan tertulis yang diantaranya mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan tentang dibangunnya tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun pada saat it alasan pembuatannya bukan karena alasan kesehatan atau karena kotoran manusia dapat menularkan penyakit, melainkan karena koytoran manusia menimbulkan bau yang tidak enak dan pandangan yang tidak menyedapkan. Begitu juga dengan alasan di buatnya sumur pada waktu itu adalah dengan alasan karena meminum air kali yang mengalir dan sudah kotor itu tersa tidak enak dan bukan karena minumair kali dapat menyebabkan penyakit (Green, 1984).
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan   pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang epliharaan yanh menimbulkan bau, dan sebagainya.
Bahkan pada waktu  itu  telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (Public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dansebagainya (Hanlon,1974 dikutip oleh Notoatmodjo, 2003).
2.         Periode ilmu pengetahuan (scientific period).

3.      Pengertian Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan sebagai berikut :
ü  kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
a.       Perbaikan sanitasi lingkungan
b.      Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c.       Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d.      Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan  pengobatan
e.       Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi
antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan:
Ø  untuk mencegah penyakit,
Ø  memperpanjang hidup dan
Ø  meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.
Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakekatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran, dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan pendidikan kesehatan.
Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk : (Notoatmodjo, 2003)
1.            Perbaikan sanitasi lingkungan
2.            Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3.            Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4.      Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan (Manajemen /pengorganisasian pelayanan masyarakat).
5.      Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan diantaranya yakni kegiatan pendidikan higiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal.
Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan masyarakat antara lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi, Antropologi, dan lain-lain. Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :
1.         Administrasi Kesehatan Masyarakat.
2.         Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
3.         Biostatistik/Statistik Kesehatan.
4.         Kesehatan Lingkungan.
5.         Gizi Masyarakat.
6.         Kesehatan Kerja.
7.         Epidemiologi.
Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi disipliner, karena memang pada dasarnya Masalah Kesehatan Masyarakat bersifat multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
  1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
  2.  Perbaikan sanitasi lingkungan
  3. Perbaikan lingkungan pemukiman
  4. Pemberantasan Vektor
  5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
  6. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
  7. Pembinaan gizi masyarakat
  8. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
  9. Pengawasan Obat dan Minuman
  10. Pembinaan Peran Serta Masyarakat

4.      Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu,  kesehatan masyarakat
*      Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup :
a. Ilmu biologi
b. Ilmu kedokteran
c. Ilmu kimia
d. Fisika
e. Ilmu Lingkungan
f. Sosiologi
g. Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat)
h. Psikologi
i. Ilmu pendidikan
*      Keberagaman ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat menjadikan Ilmu Kesehatan Masyarakat itu menjadi ilmu yang multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :
a. Epidemiologi.
b. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
c. Kesehatan Lingkungan.
d. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
e. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
f. Gizi Masyarakat.
g. Kesehatan Kerja.
*      Mengingat masalah kesehatan masyarakat adalah  multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin, dengan pengembangan dan pendekatan beberapa aspek. Dengan beberapa aspek yang luas tadi, maka cakupan kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah bentuk-bentuk upaya kesehatan masyarakat. Secara garis besar, upaya kesehatan yang dapat dikategorikan sebagai penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan               
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan Vektor
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
i. Pengawasan Obat dan Minuman
j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat [soepri]

5.      Upaya-upaya Kesehatan Masyarakat
Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Ø  Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan Vektor
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
i. Pengawasan Obat dan Minuman
j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Ø  Di dalam UURI no.23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya kesehatan dilaksanakan melalui 15 kegiatan sebagai berikut:
a. Kesehatan Keluarga
b. Perbaikan gizi
c. Pengamanan makanan dan minuman
d. Kesehatan Lingkungan
e. Kesehatan kerja
f. Kesehatan jiwa
g. Pemberantasan penyakit
h. Penyebuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
i. Penyuluhan kesehatan masyarakat
j. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
k. Pengamanan zat aditif
l. Kesehatan sekolah
m. Kesehatan olahraga
n. Pengobatan tradisional dan
o. Kesehatan matra
Ø  Kesemua ini perlu dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan agar dapat memecahkan permasalahan kesehatan yang dihadapi.
Ø  Mulai Pelita V kegiatan pokok yang tadinya ada 15 dinaikkan menjadi 18 sebagai berikut:
8.      kesejahteraan Ibu dan anak,
9.      keluarga berencana,
10.  gizi,
11.  kesehatan lingkungan,
12.  pemberantasan penyakit,
13.  penyuluhan kesehatan,
14.  pengobatan dan penanggulangan kecelakaan,
15.  perawatan kesehatan masyarakat,
16.  usaha kesehatan sekolah,
17.  kesehatan gigi dan mulut,
18.  kesehatan jiwa,
19.  pemeriksaan laboratorium sederhana,
20.  pencatatan dan pelaporan,
21.  kesehatan mata,
22.  kesehatan olahraga,
23.  kesehatan pekerja non formal,
24.  pembinaan pengobatan tradisional,
25.  peningkatan upaya dana sehat masyarakat.
Dari daftar usaha dasar ini semakin jelas diperlukannya kerja multidisiplin di bidang kesehatan. Misalnya, program untuk kesehatan lingkungan akan memerlukan ahli rekayasa di bidang air bersih, limbah, lingkungan kerja, udara dan lain-lainnya. Penyuluhan akan memerlukan penyuluhan dan ke ikut sertaan tokoh masyarakat; penangulangan kecelakaan antara lain akan memerlukan tenaga ahli mesin atau mesin ataupun listrik, untuk berbagai peralatan bermotor atau tenaga ahli jalan, pemukiman, perindustrian, ahli kimia, ahli pertanian, pengaturan lalu lintas dan pendidikan pengguna jalan dan kendaraan bermotor.
6.      Faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat
Menurut H.L Blum, ada 4 faktor yang bersama-sama mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Kesehatan Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan Kesehatan
4. Genetik
7.      Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Menurut Notoatmodjo (2003), Perkembangan Masyarakat di Indonesia sebagai berikut:
3.      Abad Ke-16 : Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
4.      Tahun 1807 : Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
5.      Tahun 1888 : Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
6.      Tahun 1925 : Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
7.      Tahun 1927 : STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
8.      Tahun 1930 : Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
9.      Tahun 1935 : Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
10.  Tahun 1951 : Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
11.  Tahun 1952 : Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
12.  Tahun 1956 : Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
13.  Tahun 1967 : Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
14.  Tahun 1968 : Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
15.  Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
16.  Tahun 1979 : Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
17.  Tahun 1984 : Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
18.  awal tahun 1990-an : Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

8.      Perbedaan Pelayanan Kedokteran Dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat :
  1. PELAYANAN KEDOKTERAN
1.      Tenaga pelaksananya terutama adalah para dokter
2.      Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit
3.      Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga
4.      Kurang memperhatikan efisiensi
5.      Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika kedokteran
6.      Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat dengan undang-undang
7.      Penghasilan diperoleh dari imbal jasa
8.      Bertanggung jawab hanya kepada penderita
9.      Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan
10.  Masalah administrasi amat sederhana

  1. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
1.      Tenaga pelaksananya terutama ahli kesehatan masyarakat
2.      Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit
3.      Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan
4.      Selalu berupaya mencari cara yang efisien
5.      Dapat manarik perhatian masyarakat misalnya dengan penyuluhan kesehatan
6.      Tenaga pelaksananya terutama ahli kesehatan masyarakat
7.      Penghasilan berupa gaji dari pemerintah
8.      Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat
9.      Dapat memonopoli upaya kesehatan
10.  Menghadapi berbagai persoalan kepemimpinan


Sumber :
-          Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

-          Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas),http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1099&Itemid=2 diakses tanggal 5 Agustus 2005

-          Soekidjo Notoatmojo, Prof, Dr. (2007), Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta