ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
Menurut
Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1.
Perubahan
sistim pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin
mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a.
Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh
yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar
usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidak matangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b.
Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan
nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi
lahir, kadar
CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu
Keadaan dingin
akan merangsang pernapasan.
c.
Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang
bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus
dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20
minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar
30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya
surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d.
Dari cairan
menuju udara
Bayi cukup
bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e.
Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang
memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan
aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.
Perubahan pada sistem
peredaran darah
Setelah lahir
darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Untuk membuat
sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan
foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan
duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan
dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali
pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan
itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan
pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen
kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan
menutup. Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali
pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan
sirkulasi darah fetus dan bayi
- sirkulasi darah fetus
1) Struktur
tambahan pada sirkulasi fetus
a) Vena
umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar.
b) Ductus venosus
: meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian
besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c) Foramen ovale :
merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra.
d) Ductus arteriosus
: merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens
e) Arteri
hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke
plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri
umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.
2) Sistem
sirkulasi fetus
a) Vena
umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam
hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah
ke vena cava inferior
b) Ductus venosus
: adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar
darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c) Vena cava
inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas
inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus
dan membawanya ke atrium dextrum.
d) Foramen ovale :
memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc
sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar,
jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e) Vena cava
superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium
dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior
melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
f) Arteria
pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional,
yanghanya memerlukan nutrien sedikit.
g) Ductus
arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke
dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas
inferior
h) Arteria
hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah
kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang
dipasok dari peredaran darah maternal
- Perubahan pada saat lahir
1) Penghentian pasokan
darah dari plasenta
2) Pengembangan
dan pengisian udara pada paru-paru
3) Penutupan
foramen ovale
a) Vena
umbilicalis
b) Ductus venosus
c) Arteriae
hypogastrica
d) Ductus
arteriosus
Sirkulasi darah
bayi / sirkulasi darah janin
Sirkulasi
janin dimulai dari plasenta, menukar hasil metabolism (O2, glukosa,
asam amino, asam lemak, cairan dan elektrolit) bahkan makan di ambil dari vena
umbilikalis ke janin. 50% aliran darah masuk ke parenkim hati., kemudian
melalui vena hepatica ke vena cava inferior, sebagian lainnya melalui duktus
venosus langsung ke vena cava inferior. Pemantauan darah ke hati diatur oleh
vasokontriksi dan dilatasi duktus venosus. Darah dari vena cava inferior masuk
ke atrium kanan, 2/3 meunju ke atrium kiri melalui foramen ovale, selanjutnya
dari ventrikel kiri menuju ke aorta dan sisa 1/3 darah mengalir ke ventrikel
kanan dan dipompakan ke arteri pulmonalis.
Sebagian
berasal darah dari bagian atas tubuh masuk ke atrium kanan melalui vena cava
suferior dan sebagian besar terus ke ventrikel kanan dan arteri pulmonalis,
dari ventrikel kanan sebagian darah menuju paru dan sebagian besar menyebrang
melalui duktus arteriosus menuju aorta.
3.
Pengaturan suhu
Bayi baru lahir
belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan
dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin
ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada BBL.
Cara
Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal.
Pencegahan
Kehilangan Panas. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
Mekanisme
Kehilangan Panas
Kehilangan
panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
a. Evaporasi adalah cara kehilangan
panas karena menguapkan cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir
karena tubuh tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi adalah kehilangan panas
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi
diletakkan di atas meja, timbangan atau tempat tidur.
c. Konveksi adalah kehilangan panas
yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.
Adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang
terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh
lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi ditempatkan dekat jendela yang
terbuka.
4.
Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa
dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada
saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi
penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui
penggunaan ASI
b. melaui
penggunaan cadangan glikogen
c. melalui
pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi
jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan
terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada
jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang
(digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak
khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah,
letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada
awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di
seluruh di sel-sel otak.
5.
Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada
saat lair.
Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung
masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru
lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
6.
Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan
oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan
saluran napas
c. pembentukan
koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu
oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL
se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi
keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal
kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan
sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh
karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar